“Saat ini, stroke sering dibicarakan sebagai penyakit tidak menular yang sering dialami oleh lansia dan banyak menyebabkan kematian. Saya ingin bertanya, apa saja faktor risiko stroke? Bagaimana tips untuk mencegah dan bagaimana penanganannya? Terima kasih”
Ikhlasul Amalia
Caretaker Future Leader 2021
Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, bahkan menurut Kementerian Kesehatan menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Kemenkes (2019) mencatat ada sekitar 63,7 persen orang tua pasca stroke ternyata dalam jangka panjang tidak bisa hidup secara mandiri. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa setidaknya setiap 1000 penduduk terdapat 10 orang yang terkena stroke. Sebagian besar penderita stroke berumur 55-64 tahun dan tinggal di perkotaan. Maka, timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah kita atau keluarga kita merupakan orang yang berisiko terkena stroke?
Ketahui lebih jauh tentang stroke, yuk!
Stroke merupakan keadaan terjadinya tanda dan atau gejala klinis hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (seluruh tubuh) yang dapat memberat dan berlangsung cepat (dalam detik atau menit). Ini menyebabkan tersumbat atau pecahnya pembuluh darah di otak dan tidak mendapatkan oksigen sehingga sel-sel di otak akan mati. Ketika sel otak mengalami kematian, maka fungsi otak akan hilang dan penderita tidak dapat melakukan aktivitas yang dikendalikan oleh bagian otak tersebut. Macam-macam stroke adalah sebagai berikut;
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang paling serius. Stroke jenis ini terjadi karena pecahnya pembuluh darah yang melemah di otak. Darah yang keluar dari pembuluh darah tersebut dapat merusak jaringan otak di sekitarnya. Stroke hemoragik terdiri dari intraserebral dan subakranoid. Perbedaannya terdapat pada penyebabnya, di mana perdarahan intraserebral (PIS) terjadi pecahnya pembuluh darah di dalam jaringan otak sedangkan perdarahan subakranoid terjadi karena aneurisma pecah dan menimbulkan perdarahan di dalam ruang antar otak dan jaringan yang melindunginya.
2. Stroke Iskemik
Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi di dunia. Stroke iskemik ini adalah terjadinya penggumpalan pembuluh darah di otak sehingga memutus suplai darah ke otak. Berdasarkan lokasinya, gumpalan darah yang terbentuk dapat dibedakan menjadi Thrombus jika terbentuk di pembuluh darah otak dan Embolus jika terbentuk di bagian tubuh lain misalnya leher, selaput jantung, atau lainnya. Sedangkan berdasarkan waktunya, stroke iskemik diklasifikasikan menjadi;
- Transient Ischemic Attack (TIA) atau “stroke ringan”, di mana gejala neurologis akan membaik dan hilang kurang dari 24 jam.
- Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND), di mana gejala neurologis akan membaik dalam waktu 1 minggu.
- Stroke in Evolution (SIE) atau stroke progresif, di mana gejala neurologis semakin lama akan semakin memburuk.
- Completed Stroke, di mana gejala neurologis menetap atau permanen.
Apa saja faktor risiko stroke dan bagaimana gejalanya, sih?
Faktor risiko yang memicu terjadinya stroke dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dirubah dan faktor yang dapat dirubah (Rojsanga et al., 2019). Faktor yang tidak dapat dirubah meliputi usia, jenis kelamin, adanya riwayat migrain, riwayat keluarga yang terkena stroke, serta riwayat penyakit jantung.
Sedangkan faktor yang dapat dirubah adalah faktor yang timbul dari gaya hidup yang tidak sehat, sedentary lifestyle, seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol berlebihan, dan obesitas. Faktor lainnya, perempuan usia subur dengan hipertensi dan sering mengalami migrain, kemudian mengonsumsi pil KB, berisiko tinggi mengalami stroke.
- Tanda dan gejala stroke dapat diperiksa dengan metode FAST, yaitu menilai hal-hal berikut ini;
Face, yaitu dengan memperhatikan bagian wajah dan minta penderita tersenyum lalu perhatikan kesimetrisannya. Apakah terjadi face drooping atau wajah yang lemah dan kebas. - Arm, yaitu dengan memperhatikan kekuatan lengan dengan meminta penderita mengangkat kedua tangan secara bersamaan, jika mampu mengangkat kedua tangannya, maka minta untuk menahannya selama 5 detik dan perhatikan tangan mana yang jatuh terlebih dahulu
- Speech, yaitu penilaian kemampuan bicara, apakah terjadi gangguan seperti pelo, parau, atau suaranya menghilang.
- Time, yaitu saatnya memanggil bantuan, di mana harus segera menghubungi petugas medis atau membawa ke rumah sakit agar stroke tidak semakin parah.
Lalu, bagaimana pencegahan dan penanganan stroke?
Pencegahan stroke dilakukan untuk mengurangi insiden stroke melalui modifikasi faktor risiko (Boehme, Esenwa dan Elkind, 2017).
- Pencegahan primordial, yang dapat dilakukan dengan membiasakan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya stroke. Contohnya adalah dengan berhenti merokok, mengatur pola makan dan diet yang sehat, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengendalikan berat badan.
- Pencegahan primer, yang bertujuan untuk memperbaiki faktor risiko seseorang yang tidak memiliki riwayat stroke dengan mencegah terjadinya gangguan pembuluh darah yang mempengaruhi suplai darah dan oksigen ke otak.
- Pencegahan sekunder, yang dilakukan setelah seseorang mengalami stroke untuk mencegah kekambuhan serangan stroke.
Stroke dapat mengakibatkan kelumpuhan pada sistem anggota tubuh terutama anggota gerak, koma atau gangguan kesadaran dalam jangka waktu tertentu karena terjadi penurunan aktivitas di dalam otak, serta kematian sebagai bahaya terberat dari penderita stroke. Setelah mempunyai riwayat stroke, sebagian penderita akan meraksakan efek yang kecil dan tidak berlangsung lama, tetapi sebagian lainnya dapat merasakan efek yang besar dalam jangka panjang. Beberapa efek penurunan fungsi tubuh pasca stroke yaitu gangguan sensorik dan motorik, gangguan komunikasi, dan gangguan emosional.
Pengobatan dan terapi akan membantu memperbaiki permasalahan yang dihadapi penderita stroke. Dukungan emosional dan sosial dari orang terdekat juga mampu meningkatkan kesempatan penderita stroke berada pada kondisi yang lebih baik. Terapi lanjutan untuk stroke meliputi terapi fisik untuk memperkuat otot tubuh penderita stroke, terapi bicara dan bahasa untuk melatih kemampuan berbicara secara jelas dan lancar, serta terapi rekreasi dan terapi psikologi untuk membantu memperbaiki kondisi mental penderita stroke. Layanan Homecare Caretaker.id dapat menjadi pilihan untuk membantu merawat dan memberikan terapi pada penderita stroke di rumah. Dengan Caretaker.id, keluarga tidak perlu khawatir dan tidak repot untuk membawa penderita ke fasilitas pelayanan kesehatan setiap akan melakukan rehabilitasi stroke.
Daftar Pustaka
- Boehme, A. K., Esenwa, C. dan Elkind, M. S. V. (2017) “Stroke Risk Factors, Genetics, and Prevention,” Circulation Research, 120(3), hal. 472–495. doi: 10.1161/CIRCRESAHA.116.308398/FORMAT/EPUB.
RI, K. (tanpa tanggal) “Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018,” Kementrian Kesehatan RI. - Rojsanga, W. et al. (2019) “Clinical risk factors predictive of thrombotic stroke with large cerebral infarction,” Neurology International, 11(2), hal. 12–14. doi: 10.4081/ni.2019.7941.